JAKARTA - Bakal Calon Presiden Prabowo Subianto
sempat ditanya soal komitmennya terkait dukungan untuk merubah sistem
Pancasila menjadi khilafah saat berkunjung ke rumah isteri Almarhum
Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Shinta Nuriyah Wahid, di Ciganjur,
Jakarta Selatan.
Prabowo pun menjawab bahwa isu tersebut merupakan propaganda yang
bisa membahayakan. Ia memastikan bahwa hal tersebut tidak benar dan
akan menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 45.
"Ya ada juga bertanya ini Prabowo ini katanya mendukung akan merubah
Pancasila menjadi sistim khilafah, saya kira ini sesuatu yang sebetulnya
geli bagi saya, mentertawakan, tapi temen-temen mengatakan di bawah
khawatir gitu," kata Prabowo usai berkunjung di rumah isteri Gus Dur,
Kamis, (13/9/2018).
"Sebetulnya kalau lihat riwayat hidup saya dari muda prajurit TNI
sumpahnya adalah membela Tanah Air berdasarkan Pancasila dan UUD 45
jadi saya sudah berkali-kali mempertaruhkan nyawa saya untuk Pancasila
dan NKRi jadi tidak mungkin saya keluar dari sistem Pancasila dan NKRI,"
sambungnya.
Prabowo mengatakan, justru yang diinginkan adalah sebaliknya yakni
menegakkan Pancasila dan UUD 45, dengan begitu menurutnya perekonomian
di Indonesia akan kuat.
"Jadi masalah khilafah itu adalah propaganda yang sangat picik
dan berbahaya karena rakyat bisa terpengaruh saya kira enggak ada,"
terangnya.
Ia menambahkan, setelah di TNI perjuangannya saat ini ada pada
partai yakni Gerindra. Di Gerindra kata Prabowo selalu mengedepankan
asas Pancasila dan sumpah kader yang memperjuangkan Pancasila dan UUD
45.
"Di Gerindra anda bisa cek AD/ART itu semuanya asasnya adalah
Pancasila kemudian kita punya sumpah kader bukan janji bukan ikrar,
sunpah kader setiap kader itu bersumpah untuk mempertahankan Pancasial
dan UUD 1945," paparnya.
Sementara itu, Yenny Wahid putri Gus Dur membenarkan adanya pertanyaan kepada Prabowo soal khilafah tersebut.
"Ada pengurus Cabang NU (PCINU) di Tiongkok yang kebetulan sedang
kembali ke Indonesia, Gus Imron Rosyadi Hamid," tukasnya.(wal)